Tradisi Palembang, Tradisi Ketupat Palembang

 Tradisi Palembang, Tradisi Ketupat Palembang

Foto : Google

Ketupat makanan atau hidangan berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur), atau kadang-kadang dari daun nipa ataupun daun yang lainnya. ( Wikipedia)

Di Palembang sendiri pada saat Lebaran Idul Fitri & Idul Adha banyak mulai di temui masakan ketupat, biasanya ketupat yang di masak 2 hari atau 1 hari sebelum lebaran  juga dalam jumlah yang tidak sedikit dengan tujuan ketupat dan lauk pauknya ini akan di bagikan ke keluarga terdekat dan juga di tetangga sekitar rumah kita pada malam hari raya dengan menggunakan rantang atau sangkek yang istlah di Palembang adalah "Nyicipi".

Sama seperti di daerah lain di Palembang ketupat juga menjadi makanan wajib selain pempek yang di sajikan dengan opor ayam, rendang daging sapi atau malbi di mana makanan ini bukan hanya untuk sajian keluarga tetapi juga untuk para tamu yang datang berkunjung ke kediaman kita.

Warga yang tengah menjemur ketupat di Kampung Yu Cing. Foto: abp/Urban Id.
Salah satu sentra tempat pembuatan ketupat yang ada di Palembang adalah di kawasan 3 Ulu, tepatnya lorong Saudagar Yu Ching yang berada di Kecamatan Seberang Ulu I Palembang, dikenal sebagai pusat kerajinan daun nipah. Hampir sebagian warga yang tinggal di kawasan ini memanfaatkan daun nipah sebagai mata pencahariannya, di mana pada saat bulan Romadhon ini banyak pengerajin daun nipah di kampung ini membuat juga ketupat selain kerajian dari daun nipah lainya.

Walaupun saat ini di Palembang ada juga ketupat yang di buat dari daun pandan yang banyak di minati masyarakat karena aroma harum nasi yang khas karena bungkus daun pandan  tersebut, walaupun  sedikit mahal yaitu berkisar di 10 ribu - 15 ribu per ikat isi 10 buah tergantung isi dan besar kecil ukuran.

Foto : google

Ternyata setelah di telusuri berdasarkan sejarah tradisi ketupat diperkirakan berasal saat Islam masuk ke tanah Jawa. Dalam sejarah, Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkannya pada masyarakat Jawa.

Beliau membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Setelah sudah selesai dimasak, kupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan.

Ketupat sendiri menurut para ahli memiliki beberapa arti, diantaranya adalah mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang kedua, mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua. 

Yang ketiga mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak hari yang fitri.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
close